ADAKAH KAITAN TABUT YANG HILANG PUSAKA YAHUDI ZIONIS,DENGAN BUDAYA TABOT DI SUMATERA?
Disadari atau tidak kemampuan manusia untuk berbicara atau memproduksi bahasa memainkan peranan yang besar dalam kehidupannya sejak lahir hingga ke liang lahat. Segala aktivitas yang dilakukan manusia secara sadar dalam kehidupannya sejak lahir hingga ke liang lahat tersebut menciptakan budaya. Bahasa dan budaya tak dapat dipisahkan. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga medium untuk melakukan tindakan dan cerminan budaya penuturnya (Oktavianus, 2006). Sebagai simbol, bahasa dijadikan sebagai alat untuk memahami budaya baik yang sekarang ada maupun yang telah diawetkan, dan yang akan datang (dengan cara mewariskannya), tanpa bahasa tak akan ada budaya (Djajasudarma di dalam Kato, 2012). Selanjutnya, Putra Yadnya (dalam Kato, 2012) mengatakan bahwa bahasa bisa dipandang sebagai suatu sumber daya untuk menyingkap misteri budaya, mulai dari perilaku berbahasa, identitas, dan kehidupan penutur, pendayagunaan dan pemberdayaan bahasa sampai dengan pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya.
Frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Pariaman merupakan contoh dari manifestasi bahasa. Masing-masing terdiri dari dua kata yaitu tabot ’sejenis upacara tradisional’ dan Bengkulu ’nama kota di Provinsi Bengkulu’ serta tabuik ’sejenis upacara tradisional’ dan Pariaman ’nama kota di Provinsi Sumatera Barat’. Terkandung berbagai fungsi, makna, nilai dan ideologi di dalam bentuknya sebagai simbol lingual. Selain bentuk kebahasaan frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Padang yang menjadi fokus penelitian dan manifestasi budaya yang harus dipertahankan, atribut serta kegiatan lainnya yang berhubungan dengan atau mendukung upacara tersebut yang notabene memiliki simbol lingual juga harus menjadi perhatian.
Studi Komparatif Frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Pariaman
Secara leksikal, frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Pariaman masing-masing terdiri dari dua kata yaitu tabot ’sejenis upacara tradisional’ dan Bengkulu ’nama kota di Provinsi Bengkulu’ serta tabuik ’sejenis upacara tradisional’ dan Pariaman ’nama kota di Provinsi Sumatera Barat’. Kata tabuik [tabui?] merupakan variasi lain dari kata tabot [tabot]. Terdapat sesuatu yang mencurigakan pada dua data fonologis tersebut. Dengan menggunakan konsep metode komparatif, kedua data tersebut dibandingkan (Sudaryanto, 1988).
Nida (1949) menjelaskan bahwa penelitian linguistik komparatif merupakan penelitian yang menganalisa data dari dua atau lebih dialek dalam satu bahasa atau dari dua atau lebih bahasa yang berbeda. Pada penelitian ini data diambil dari frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Pariaman serta beberapa istilah atau referen lain yang digunakan di dalam kedua upacara tradisional tersebut.
Secara etimologi kata tabot dan tabuik berasal dari bahasa Arab yaitu tabut. Tabut adalah kotak kayu atau peti yang berfungsi untuk menyimpan kitab Taurat, kitab suci Bani Israil, seperti yang dinyatakan di dalam Al-Quran, kitab suci agama Islam. Bani Israil pada masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila tabut ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang.
Secara leksikal, frasa Tabot Bengkulu dan Tabuik Pariaman masing-masing terdiri dari dua kata yaitu tabot ’sejenis upacara tradisional’ dan Bengkulu ’nama kota di Provinsi Bengkulu’ serta tabuik ’sejenis upacara tradisional’ dan Pariaman ’nama kota di Provinsi Sumatera Barat’. Kata tabuik [tabui?] merupakan variasi lain dari kata tabot [tabot]. Kata tabot (awalnya *tabut) pertama kali dipopulerkan oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborough (1718-1719) di Bengkulu, yang dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin. Mereka menetap dan memperkenalkan upacara *tabut kepada masyarakat Bengkulu. Upacara ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan Singkil. Namun dalam perkembangannya, kegiatan *tabut menghilang di banyak tempat. Hingga pada akhirnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Bengkulu dan Pariaman. Bahasa Minang yang digunakan masyarakat Pariaman tidak mengenal bunyi [-ut] pada akhir kata. Sehingga */tabut/ menjadi /tabuik/, atau /takut/ menjadi /takuik/ dan lain sebagainya. Dan ketika upacara *tabut diperkenalkan pada masyarakat Pariaman terjadilah penyesuaian bunyi *[tabut] menjadi [tabui?]. Secara fonologis, terjadi proses disimilasi tak langsung pada bunyi stop dimana fonem akhir /t/ berubah menjadi fonem /k/ pada kata */tabut/ menjadi /tabuik/. Dan karena perubahan bunyi juga dapat terjadi disebabkan oleh bertambahnya kecepatan bicara maka bunyi *[tabut] dengan prinsip penyederhanaan atau mengurangi kesulitan ujaran berubahlah menjadi [tabot]. Meskipun banyak perubahan bunyi yang terjadi karena proses penyederhanaan atau mengurangi kesulitan ujaran, namun tidak ada peneliti yang berhasil menetapkan korelasi antara perubahan bunyi dan gejala sebelumnya (Bloomfield, 1995:373). Dan dikarenakan tidak ada pula perbedaan makna dari kedua data fonologis ini, maka kata tabot dan tabuik dikatakan sebagai dua varian yang bebas, merujuk pada referen yang sama yaitu sejenis upacara tradisional.
Secara kontekstual, Tabot Bengkulu adalah upacara tradisional masyarakat Bengkuludan Tabuik Pariaman adalah upacara tradisional masyarakat Pariaman yang keduanya berbentuk festival budaya dengan puncak acara berupa pembuangan bangunan kertas setinggi lebih kurang 8 meter yang diberi ornamen menarik yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam setiap tahunnya (Kalender Islam) untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M)
. org/wiki/Tabot.dan.Tabuik).by: nopriansahad
TABOT, TABUIK, TABUT BULAN MUHARAM
Tabuik (Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama Tabot.
Pembaca yang budiman, tulisan ini diambil dari beberapa tulisan di internet semoga dapat disikapi dengan bijaksana (Bambang Purnomo).

Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831 Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.
Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
Pada awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi'ah dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamkannya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata Arab Tabut yang secara harafiah berarti "kotak kayu" atau "peti".
Dalam al-Quran kata Tabot dikenal sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat. Bani Israil di masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang.
(Disunting dari JAWA RANTAU )
Tabut adalah salah satu rahasia yang terbesar. Benda keramat yang diyakini sebagai mukjizat Nabi Musa (as) ini, telah hilang. Bangsa Yahudi meyakini benda itu kini bersemayam di salah satu lokasi suci Masjid al-Aqsha. Menurut mereka, kedatangan sang Juru Selamat hanya tinggal menunggu waktu dan akan gagal sama sekali jika mereka tak berhasil mendapatkan benda yang juga mereka yakini sebagai simbol kekuasaan di muka bumi.
Di manakah sesungguhnya Tabut keramat itu berada?
Nah,adakah hubungan Tabuk (The Ark of Covenance) yang hilang dengan budaya Nusantara diatas?
Peti Tabut adalah sebuah peti yang mengandungi dua buah batu Loh yang tertulis penulisan Kitab Taurat Nabi Musa a.s, sebatang tongkat Nabi Musa a.s yang digunakan untuk membelah lautan semasa dikejar Firaun, serban Nabi Harun a.s dan sedikit makanan yang diturunkan dari langit untuk Nabi Musa a.s dan pengikutnya ketika mereka tersesat di padang pasir Manna.
Terdapat ukiran patung dua malaikat yang membuka sayapnya di bahagian atas peti itu. Peti itu berukuran dua setengah hasta panjang , satu setengah hasta lebar dan tinggi . Ia dibuat dari kayu keras jenis akasia (penaga), bahagian dalam dan luarnya disepuh dengan emas murni. Di sudut-sudut Tabut ada 4 cincin / gelang emas, penutupnya dari emas murni, kayu pengusungnya juga disepuh dengan emas murni.
Bani Israel percaya bahawa Peti Tabut mempunyai banyak keistimewaannya. Mereka percaya bahawa barang siapa yang dapat memiliki Peti Tabut akan mendapat keberkatan dan pertolongan dari Allah swt. Jika dibawa berperang,ia memberikan ketenangan, ketenteraman dan semangat serta mampu mengalahkan musuh.Bani Israel juga percaya, hanya pendeta dari suku Lewi saja yang mampu membawanya atau menatap isi kandungannya. Oleh itu Peti Tabut selalu ditutupi dengan kain berwarna biru dan kulit binatang.Peti Tabut berada dalam jagaan Bani Israel hanya selama 40 tahun, selepas itu Peti Tabut pernah berpindah tangan kepada orang Filistin, namun hanya untuk 7 bulan sahaja, orang Filistin mengembalikan Tabut kepada orang Israel semula kerana mereka mendakwa ketika mereka menyimpan Peti Tabut itu banyak wabak penyakit menular dan mengorbankan banyak nyawa.
Akhirnya bila Nabi Daud a.s memimpin Bani Israel melawan orang Filistin, Tabut kembali semula ke pangkuan Bani Israel. Selepas itu Allah swt memerintahkan Nabi Daud a.s membina sebuah rumah suci untuk menyimpan Peti Tabut itu, lalu usaha itu dilakukan oleh anaknya, Nabi Sulaiman a.s.Menurut catatan dalam perjanjian lama, Peti Tabut disimpan disitu sekitar tahun 955 Sebelum Masehi, namun dalam sekitar tahun 620 Sebelum Masehi didapati Tabut telah lenyap atau hilang.Sehingga kini, Peti Tabut telah hilang ditelan masa, ianya telah lenyap bersama sejarah.Tiada siapa yang tahu dimana Peti itu berada kecuali mereka yang diizinkan Allah swt. Bangsa Yahudi dan Dajjal sedang mencari kembali Peti Tabut ini.Di Gereja Our Lady Mary, Axum, terdapat sebuah peti yang dipercayai Peti Tabut. Ia digunakan sekali sekala bila ada perayaaan keagamaan. Banyak juga Peti Tabut disimpan di gereja-gereja di Ethiophia. Tetapi ia hanyalah peti replika saja! Peti Tabut yang sebenar masih ada tersimpan ditempat yang tersembunyi.Apakah Sakinah yang dimaksudkan dalam ayat al-Quran diatas?Maksud yang paling tepat untuk ‘sakinah’ ialah kebaikan, ketenangan atau ketenteraman. Maksud sebenar hanya Allah swt yang mengetahuinya.Ada beberapa ayat al-quran lagi yang ada perkataan ‘sakinah’, antaranya ialah :“Dialah yang menurunkan SAKINAH ke dalam hati orang-orang mukmin supaya bertambah keimanan dan keyakinan mereka beserta keimanan dan keyakinan sedia ada; padahal Allah menguasai tentera langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Al-Fath: 4)“Demi sesungguhnya Allah redha akan orang-orang yang beriman ketika mereka memberikan pengakuan taat setia kepadamu (Muhammad) di bawah naungan pohon (di Hudaibiah), maka ternyata apa yang sedia diketahuiNYa tentang yang ada dalam hati mereka, lalu Dia menurunkan SAKINAH ke atas mereka dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat masa datangnya.”(Al-Fath: 18)“(Ingatlah) ketika orang-orang kafir itu menimbulkan perasaan sombong angkuh dalam hati mereka- perasaan sombong angkuh secara jahiliah, lalu Allah menurunkan SAKINAH kepada RasulNya dan kepada orang-orang beriman,.......”(Al-Fath: 26)Apapun maksudnya, makna sakinah diatas lebih menjurus kepada hal-hal spiritual, ia berkaitan dengan hati atau jiwa!Mungkinkah Peti Tabut ada tersembunyi di bumi yang aman tenteram yaitu di Bumi Darussalam?Jika Peti Tabut sudah ditemui atau sudah kembali sekali lagi , maka semakin hampirlah masa akan munculnya seorang pemimpin atau Raja yang ditunggu-tunggu bagi ummah ini , seorang raja seperti Talut ! Raja yang boleh memimpin angkatan perang , dia akan memimpin sebuah kerajaan baru , kerajaan yang bernaung dibawah satu panji Khilafah! Raja ini akan memimpin kebangkitan akhir zaman dan dia tak akan terkalahkan!“…. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda bagimu jika benar kamu orang yang beriman.” [ al-baqarah : 248]Dalam ayat 248 surah al-Baqarah diatas, nama Talut tidak disebut, dia disebut dalam ayat sebelumnya! ‘kerajaan itu’ juga tidak dikhususkan kepada mana-mana kerajaan, Oleh itu kenyataan bila datangnya Tabut maka ia akan menjadi tanda akan berdirinya satu kerajaan boleh juga digunakan kepada kedatangan seorang pemimpin dan sebuah kerajaan yang ditunggu-tunggu diakhir zaman ! Dan kita berperang cepat dengan zionis israel siapa yang lebih dahulu menemukannya,buat keselamatan dunia,dari cengkeraman zionis.
Wallaahu a'lam bisshawab...
Dan lihat dan simaklah kalimat di Aceh Code dulu kala ini,berikut riwayat kesultanan Aceh (Atjeh)....
Beginilah transliterasi manuskrip dari Kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam yang bertajuk:
Dan lihat dan simaklah kalimat di Aceh Code dulu kala ini,berikut riwayat kesultanan Aceh (Atjeh)....
Apa yang dilakukan oleh Rakyat Aceh dahulu dalam keseharian mereka sehingga Aceh punya hari yang indah nan gemilang. Satu hal yang perlu dicermati bersama adalah pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “The Aceh Code” atau "Pohon Kerajaan Aceh". "Aceh Code" ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat Rakyat Aceh pada saat itu.
Beginilah transliterasi manuskrip dari Kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam yang bertajuk:
=========================================================================
KEWAJIBAN RAKYAT KERAJAAN ISLAM ACEH BANDAR DARUSSALAM
Bismillahirrahmanirrahim, Amma Ba'du
Maka Inilah Pohon Kerajaan Aceh Bandar Darussalam
"...Mulai terdiri Kerajaan Aceh Bandar Darussalam iaitu pada tahun 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal Hari Ahad bersamaan 23 Julai, 1507...;""...Atas nama yang berbangsawan bangsa Aceh iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah Johan Berdaulat...""...Maka pohon kerajaan mulai tersusun oleh yang berbangsawan tersebut hingga sampai pada kerajaan puteranya yang kuat iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Mahmud Al-Qahhar Ali Riayat Syah...;""...Kemudian hingga sampai pada masa kerajaan cicitnya iaitu Raja yang lang-gemilang gagah perkasa yang masyhur al-mulaqaab Paduka Seri Sultan Al-Mukarram Sultan Alauddin Mahkota Alam Iskandar Muda Perkasa Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam...;""...Iatiu telah ijmak keputusan sabda muafakat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam beserta alim ulamak dan hulubalang dan menteri-menteri...;""...Iaitu telah ditetapkan dia dan telah difaftarkan dan iaitu dengan sahih sah dan muktamad dengan memberitahu dan diperintahkan dia dengan mengikut dan menurut menjalankan dan melaksanakan oleh seluruh pegawai-pegawai Kerajaan Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya iaitu diwajib difayahkan di atas seluruh rakyat Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya...""...Bahawasanya kita semuanya satu negeri bernama Aceh dan berbangsa Aceh dan berbahasa Aceh dan kerajaan Aceh dan alam Aceh...;""...Yakni satu negeri satu bangsa dan satu kerajaan dan satu alam dan satu agama yakni Islam dengan mengikut syariah Nabi Muhammad SAW...;""...Atas jalan ahlu-Sunnah wal Jamaah dengan mengambil hukum daripada Qur'an dan Hadis dan qias dan ijmak ulamak ahlu-sunnah wal jamaah...;""...Dengan hukum dengan adat dengan resam dengan kanun iaitu syarak Allah dan syarak Rasullulllah dan syarak kami...;""...Bernaung di bawah Alam Merah Cap Peudeung lukisan warna putih yang berlindung di bawah panji-panji Syariat Nabi Muhammad SAW...;"Dari dunia sampai ke akhirat dalam dunia ini sepanjang masa :
- Pertama, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukaallaf dan bukan gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang-malam iaitu pedang atau sikin panjang atau sekurang-kurangnya rincong tiap-tiap yang bernama senjata.
- Kedua, tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau baleeh-baleeh atau meunasah maka pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah di pakai kain merah dan putih sedikit yakni kain putih.
- Ketiga, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh iaitu bertani utama lada dan barang sebagainya.
- Keempat, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan berlajar pandai emas dan pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.
- Kelima, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan belajar membikin tepun (tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjaid dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.
- Keenam, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.
- Ketujuh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.
- Kedelapan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syarak umur lima belas tahun belajar dan mengajar main senjata dengan pendekar silek dan barang sebagainya.
- Kesembilan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ain belajar dan megajar ilmu agama Islam syariah Nabi Muhammad SAW atas almariq ( berpakaian ) mazhab ahlu-sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
- Kesepuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
- Kesebelas, sekalian hukum syarak yang dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi'i r.a. di dalam sekalian hal ehwal hukum syarak syariat Nabi Muhammad SAW. Maka mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan cukup syartan ( syarat ). Maka dalam negeri Aceh yang sahih-sah muktamad memegang kepada Mazhab Syafi'i yang jadid.
- Keduabelas, sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan tidak diambil untuk buat bikin masjid-masjid dan balee-balee dan meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibahagi lapan.
- Ketigabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu kerajaan berupa apa pun apabila fardhu sampai waktu datang meminta bantu.
- Keempatbelas, diwajibkan diatas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbok serta batu-batu karang dihancur semuanya dan tanah diayak itulah adanya.
- Kelimabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar Indang Mas di mana-mana tempatnya dalam negeri.
- Keenambelas, diwajibkan di atass sekalian rakyat Aceh memelihara ternakan seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam syarak agama Islam yang ada memberi manfaaf pada umat manusia diambil ubat.
- Ketujuhbelas, diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri Maulud akan Nabi SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti-berganti makan khanduri maulut.
- Kedelapanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan Khaduri Laut iaitu di bawah perintah Amirul Bah yakni Panglima Laot.
- Kesembilanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan Khanduri Blang pada tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawah perintah Penglima Meugoe dengan Kejrun Blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.
- Keduapuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa tiap-tiap pakaian kain sutera atau benang atau payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya iaitu Kaum Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan sayed-sayed yang turun menurun silsilahnya daripada Saidina Hasan dan Saidina Husin keduanya anak Saidatina Fatima Zahra Nisa' Al-Alamin alaihassalam binti Saidina Rasulullah Nabi Muhammad SAW; dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut yang dibolehkan memakainya iaitu sekalian kaum keluarga ahli waris Kerajaan Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan memakainya; kepada siapapun.
- Keduapuluhsatu, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa jangan sekali-kali memakai perkataan yang hak kerajaan: Pertama titah kedua sabda ketiga Karunia keempat Nugerahi kelima Murka keenam Daulat ketujuh Seri Pada ( Paduka ) kedelapan Harap Mulia kesembilan Paduka Seri kesepuluh Singgahsana kesebelas Takhta keduabelas Duli Hadrat ketigabelas Syah Alam keempatbelas Seri Baginda kelimabesar Permaisuri keenambelas Ta.
Maka demikianlah sabda muafakat yang sahih-sah muktamad daripada Kerajaan Aceh Bandar Darussalam adanya.Maka hendaklah menyampaikan sabda muafakat keputusan kerajaan kami oleh Hulubalang Menteri kami kepada sekalian rakyat kami ke seluruh Aceh iaitu daerah-daerah dan mukim-mukim dan kampung-kampung dan dusun-dusun timur dan barat tunong dan baruh kepada sekalian imam-imam dan kejrun-kejrun dan datuk-datuk dan kechik-kechik dan wakil-wakil dan sekalian orang yang tuha-tuha dan muda-muda dan sekalian orang yang ada jabatan masing-masing besar dan kecil menurut kadarnya dan ilmunya;Iaitu mudah-mudahan insya Allah ta'ala dapat selamat bahagia sekalian umat manusia dalam negeri Aceh Bandar Darussalam khasnya dan Aceh jajahan takluk amnya iaitu siapa menjadi manusia yang baik dan berkelakuan yang baik serta tertib sopan majlis dan hormat mulia yang sempurna dengan berkat syafaat Nabi SAW supaya terpeliharalah bangsa kami Aceh dan negeri kami Aceh daripada mara dan bahaya dengan selamat sejahtera bahagia sepanjang masa dan jauh daripada lembah kehinaan dan kesusahan sepanjang hidup;Supaya terpeliharalah negeri kami Aceh dan alam kami Aceh dan bangsa kami Aceh dengan usaha yang banyak supaya dapat mesra kesenangan bersama-sama iaitu antara rakyat dengan kerajaan dengan bersatu seperti nyawa dengan jasaad serta dengan taqwa dan tawakkal kepada Allah ta'alaa dengan menahan sabar daripada kepayahan maka tentu akhirnya insya Allah ta'ala dapat jadi kebajikan bersama-sama dengan saudara-saudara-saudara Islam yang dalam negeri Aceh dengan berkasih-kasihan dengan mengikut Syarak Allah dan Syarak Rasul dan Syarak Kerajaan.
Sanah 1272 Hijriah ( 1855 Masehi )
=========================================================================
Inilah Pesan Wasiat Raja Ajeh di masa silam untuk rakyat aceh dan generasi selanjutnya, sedangkan dalam buku tersebut masih sangat banyak nasehat-nasehat lain dan hikayat atjeh dimasa silam sebagai mana seorang ulama yg disebutkan dalam buku tsb, telah menulis sebuah hikayat yg intinya dalam hikayat tsb ulama itu memprediksi akan kondisi atjeh di masa akan datang akhir dari hikayat ulama tsb mengatakan yg intinya "ACEH AKAN KEMBALI MAJU PADA SUATU MASA, PADA MASA ITU JIKA LAMIT AKAN KEMBALI KEPADA LAMIET DAN YG HAK AKAN KEMBALI KEPADA MEREKA YG BERHAK MENERIMANYA"..BBC.WEB.ID |------->(Apakah maksud nukilan kalimat terakhir ini? Aceh akan kembali maju pada suatu masa itu jika lamit akan kembali kepada Lamiet dan yg hak akan kembali kepada mereka yang berhak menerimanya?Apakah itu maksudnya "Tabut" yang tersimpan bisa buat kejayaan bagi yang memilikinya ada di Bumi NAD sekarang ini? Penulis).
Dirangkum dan disarikan dari berbagai sumber.Terimakasih.Wassalam.wr wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar