Senin, 29 Desember 2014

MISTERI NUSANTARA
( BAGIAN KEEMPAT )
 
 
 
 
Di kalangan sejarawan, muncul dugaan Peradaban Masyarakat Nusantara telah ada jauh sebelum kedatangan masyarakat Proto Melayu, yang diperkirakan ber-migrasi pada 3.500 tahun yang lalu.
Dugaan tersebut semakin kuat, ketika kisah mitologi Perang Mahabharata yang telah berusia 5.000 tahun, bercerita tentang Nusantara.
mahabharata3
Perang Mahabharata dalam tinjauan sains
Melalui penelitian arkeologi,  Dr Narahari Achar memperkirakan Kisah Perang Mahabharata terjadi pada sekitar masa 5.000 tahun yang silam (Sumber : Proof of The Dating for The Mahabrata War).
The Mahabharata war is said to have taken place approximately 5000 years ago!
While a lot of Indians have consistenly believed that this was always the case, most Western scientists have always disregarded this as just another example of Indian myth.
mahabharata2
I exclude a few noted names like Dr Playfair from Edinburgh, who in his celebrated commentary gave active proof of the antiquity of the Vedas, but unfortunately somehow the whole idea that the Mahabharata war could be older than anything which did not come from the western world was denounced stridently.
That is to say until 2003 when noted scientist Dr Narahari Achar who is a Professor at the department of astrophysics in Memphis and quite a few other scientists came out with a certain software developed in collaboration with NASA which showed the exact picture of the sky (accurate to a few 1000ths of a second) as it was 5000 years ago.
Penemuan  Dr Narahari Achar, membuka jalan bagi pemerhati sejarah, untuk bisa memahami keberadaaan masyarakat yang hidup di masa itu.
mahabharata5
Hiranyapura, Kota Purba di Pulau Sumatera  
Hiranyapura atau Kota Emas, di dalam kitab mitologi kuno digambarkan sebagai kota yang melayang-layang di angkasa, yang di dalam buku Rahuvana tattwa, tulisan Agus Sunyoto, digambarkan berada di pulau Sumatera.
Di dalam kisah Mahabharata, kota ini disebut-sebut pernah didatangi Arjuna. Kota ini diceritakan diperintah oleh dua Raksasa, yang bernama Pouloma dan Kaalakeya (Sumber : Mahabharata Aranya Parva, Fourth Chapter).
Telah sama kita pahami, kisah mitologi terkadang berasal dari kisah nyata, namun telah dilebih-lebihkan peristiwa-nya.
Dalam memahami keberadaan Kota Hiranyapura, yang diceritakan melayang-layang di udara, mungkin bisa dimaknai sebagai kota yang berada di daerah yang tinggi.
mahabharata6
Keberadaan masyarakat di dataran tinggi di Sumatera, bisa dibuktikan dengan penemuan arkeologi, yang telah berusia ribuan tahun di daerah sekitar Gunung Dempo (dalam wilayah pegunungan bukit barisan), Sumatera Selatan (Sumber : Misteri Sriwijaya di Gunung Dempo).
Dan hal ini juga, semakin memperkuat pendapat yang mengatakan, di wilayah sekitar pegunungan bukit barisan, selama ribuan tahun telah dihuni oleh Bangsa Mala (Bangsa Gunung), yang kelak menjadi leluhur dari suku-suku yang ada di Nusantara (Sumber : Islamic UFO (Grup Facebook)).

Penduduk NUSANTARA dari luar Galaksi BIMASAKTI ?

Ketika ALLAH, melalui Al-Quran mengisyaratkan kepada manusia dan jin untuk bisa menembus langit dan bumi. Banyak orang percaya, tantangan ini telah berhasil dijawab oleh bangsa Jin, bahkan menurut mereka Fenomena UFO yang terlihat belakangan ini, berasal dari penampakan makhluk gaib ini.
Bagaimana dengan manusia ?
Benarkah umat manusia, hanya mampu sampai ke Bulan dan itupun cuma sebentar ?
Se-primitif itukah teknologi, yang dimiliki Manusia, keturunan Nabi Adam ???
Hai jama‘ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar-Rahman (55) ayat 33)
Manusia telah menjelajah angkasa, ribuan tahun yang silam
Berdasarkan Penemuan Arkeologis, diperoleh informasi teknologi manusia sekarang, sangat jauh tertinggal dari teknologi di masa lalu. Sebagaimana terlihat pada gambar berikut…
Peche Merle Cave, France, paintings, 17.000-15.000 SM
Pada lukisan di atas, yang berasal dari masa ribuan tahun yang silam, terlihat, umat manusia telah mengenal teknologi antariksa (bukti-bukti arkeologi, yang lain bisa klik disini). Nampaknya, umat manusia mengalami kemunduran teknologi, diperkirakan disebabkan oleh kehancuran peradaban akibat dari peperangan dan bencana alam.
Bani Adam, di Planet lain…
Ketika ALLAH menciptakan Nabi Adam. ALLAH mengajarkan kepadanya semua nama-nama (ilmu pengetahuan universal), yang bahkan tidak dipahami oleh Para Malaikat sekalipun. Dan saat pengetahuan itu diuji, leluhur seluruh umat manusia ini telah membuat Para Malaikat terkagum-kagum, dan pada akhirnya ALLAH memerintahkan mereka untuk sujud kepada Adam (silahkan baca : Berdasarkan Genetika, Semua Manusia Berpotensi Menjadi Jenius).
Dengan pengetahuan yang sedemikian tinggi yang dimiliki oleh Nabi Adam, logikanya kalau hanya sekedar membuat sebuah pesawat antar galaksi, rasanya bukan sesuatu yang sulit bagi beliau. Dan pengetahuan antariksa ini, tentunya diwarisi juga oleh generasi-generasi awal umat manusia.
Atas dasar pemahaman inilah, disimpulkan di masa ribuan tahun yang silam, umat manusia bukan saja membangun peradaban di bumi, melainkan juga telah merintis koloni-koloni di planet-planet lain, yang memiliki sumber-sumber peghidupan yang cocok bagi umat manusia.
13309860741200312515
Dan bukan mustahil, Fenomena UFO yang muncul akhir-akhir ini berasal dari saudara-saudara kita dari Planet-Planet yang  jauh. Hal ini semangkin diperkuat dari pernyataan saksi-saksi mata, mengenai keberadaan alien (Blond, Nordic, Vegan dan lain-lain), ternyata fisiknya seperti manusia.
Beberapa pendapat pendukung lainnya…
- Pernyataan Sergeant Clifford Stone yang mengatakan bahwa banyak sekali alien-alien yang berwujud manusia- Pernyataan David Wilcox yang mengatakan bahwa dari sumber intelijen diketahui paling tidak pada 8 galaksi yang mayoritas penduduknya adalah manusia
- Kenyataan bahwa DNA Alien Grey bisa dikombinasikan dengan DNA Manusia (Buku The Threats – David Jacobs) mengindikasikan bahwa ada kemiripan DNA .
- Pernyataan Alien Janos bahwa mereka tadinya adalah manusia bumi yang pindah dari bumi untuk menghindari perang (Buku The Janos People – Frank Johnson)
Kenyataan bahwa terdapat Bani Adam di Planet lain, juga di amini oleh Dicky Zainal Arifin pengarang buku Novel Arkhytirema. Buku yang sumbernya diperoleh melalui hasil insvestigasi astral dalam bentuk “time travel”, menceritakan keberadaan Bani Adam, yang tersebar di beberapa Planet di luar Bumi di antaranya :
- bangsa TRUNKA di Planet TRUNKA di gugusan ORNORAG
– bangsa ERATUS di Planet UNDAMUNGTHA gugusan GHURABHAL
– bangsa NEGRIDA di Planet TRABIX gugusan BINNURA
– bangsa LEMURIAN di Planet LEMURIAN di sisi luar galaksi BIMASAKTI berdekatan dengan galaksi ANDROMEDA
Menurut Kang Dicky, Bangsa Lemurian, berasal dari Benua Lemuria yang keberadaannya saat ini lebih dikenal dengan nama Nusantara. Bahkan salah seorang Penduduk Lemurian yang bernama Aki Tirem (Arkhytirema), menjadi salah seorang leluhur dari Masyarakat Sunda dan Suku Jawa.
Di dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai, terdapat sebuah hadits yang menyebutkan Rasulullah menyuruh para sahabat untuk berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang akan terjadi tidak lama lagi di kemudian hari.

“…Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah salla’llahu ‘alaihi wassalama tatkala lagi hajat hadhrat yang maha mulia itu, maka sabda ia pada sahabat baginda di Mekkah, demikian sabda baginda Nabi: “Bahwa sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu“….
Kaum sejarawan Melayu memperkirakan negeri samudra yang dimaksud adalah Kerajaan Samudra Pasai (Sumber : Nama Sumatra Telah Dikenal Sejak Zaman Rasulullah, Kedatangan Islam dan Penyebarannya di Indonesia), namun pendapat ini bukan tidak ada kelemahan, hal ini dikarenakan Kerajaan Samudra Pasai baru muncul 600 tahun setelah wafatnya Rasulullah.
Muncul dugaan negeri yang dimaksud adalah sebuah negeri maritim yang dikelilingi samudra, yang mencapai masa ke-emasan sekitar 50 tahun setelah wafatnya beliau, yang dikenal dengan nama Sriwijaya.
Sriwijaya dan Dakwah Islam
Terlepas apakah memiliki hubungan dengan keberadaan  Hadis Rasulullah maupun tidak, Nusantara (yang merupakan daerah dikelilingi Samudra), telah  dijadikan lahan  dakwah, di masa ketika Rasulullah masih hidup.
Hal ini bisa dibuktikan dengan ditemukannya nisan  Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur), yang diperkirakan merupakan salah seorang sahabat Rasulullah.
Dan ketika negeri maritim, (Sriwijaya) muncul, dakwah Islamiyah semakin di-intensifkan lagi. Salah satu bukti tertulis, adalah ditemukannya surat, yang berisikan korespodensi antara Raja Sriwijaya dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, pada sekitar tahun 100H (Sumber : Sriwijaya Pintu Masuk Islam ke Nusantara).
Palembang, Kota Darussalam
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan).
Di dalam sejarahnya, Palembang banyak melahirkan Ulama dan Para Wali ALLAH. Telah sama kita pahami, saat berdiri Kerajaan Demak (Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa), yang menjadi sultan pertama adalah putera kelahiran Palembang, yang bernama Raden Fatah (Sumber : Palembang dari nama Cina, menjadi negeri Darussalam).
Selain itu Palembang merupakan daerah yang untuk pertama kalinya diterapkan undang-undang tertulis yang berlandaskan syariat Islam bagi masyarakat Nusantara. Hal tersebut sebagaimana tercantum di dalam kitab Simbur Cahaya, yang disusun oleh Ratu Sinuhun (Sumber : Ratu Sinuhun, Feminis Nusantara dari abad ke-17M).
Di sekitar Palembang, pada sekitar tahun 1650 M (1072 H), di pelopori Syech Nurqodim al Baharudin (Puyang Awak), pernah berkumpul sekitar 50 alim ulama dari berbagai daerah, seperti dari Kerajaan Mataram Islam, Pagaruyung, Malaka dan lain sebagainya, yang menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya memunculkan perluasan dakwah Islam di Nusantara (Sumber : Mengapa Nederland disebut Belanda).
Dan di daerah ini juga melahirkan seorang ulama terkemuka Syech Abdul Shomad Al Palimbani (1704-1789), yang merupakan Ulama Melayu yang paling menonjol di abad ke-18M.
Melalui karyanya fi Fadha’il Al-Jihad, telah menjadi sumber utama berbagai karya tentang jihad dalam Perang Aceh, selain itu beliau juga diketahui menulis beberapa surat, kepada Para Penguasa di Nusantara, untuk melakukan perang suci terhadap kaum kolonial. (Sumber : Abdus Samad al-Palimbani).
Dan daftar nama akan semakin panjang, apabila Para Ulama dan Wali ALLAH yang berasal dari wilayah lain (di luar Palembang Darussalam) di-ikut sertakan, seperti : Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaka dan lain sebagai-nya (yang dahulunya juga termasuk di dalam Kedatuan Sriwijaya).
Mungkinkah Negeri Samudra, yang dimaksud Rasulullah adalah Sriwijaya, yang berpusat di sekitar Sungai Musi ?
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan :
1. Ahli Sejarah, biasanya meng-informasikan…
- Rasulullah wafat, sekitar tahun 632 M
Sriwijaya berdiri, sekitar tahun 500 M s.d 670 M,
- Samudra Pasai berdiri, sekitar tahun 1267 M
Sriwijaya yang usianya 600 tahun lebih tua daripada Samudra Pasai, logisnya tentu lebih dahulu memeluk Islam…
Untuk sama dipahami, di wilayah Aceh sebelum Kerajaan Samudra Pasai, kita mengenal keberadaan Kerajaan Jeumpa, dan dipesisir Barat pulau Sumatera, kita mengenal Kota Pelabuhan Barus
Kemungkinan wilayah Jeumpa, Barus dan Sriwijaya merupakan negeri-negeri awal masuknya Islam di Nusantara (silahkan kunjungi : Misteri Pemeluk Islam Pertama di Nusantara)…
Akan tetapi, dari ketiga negeri ini, yang dikenal memiliki wilayah yang cukup luas dan disebut sebagai Nagara Maritim (Samudra) terbesar adalah Kerajaan Sriwijaya
2. Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 M sesuai dengan catatan I Tsing, sementara dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 M diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa.
Diperkirakan pada sekitar tahun 500 M, akar cikal bakal Kerajaan Sriwijaya sudah mulai berkembang di sekitar wilayah Bukit Siguntang.
Dan masa ke-emasan Sriwijaya, sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke-9 M. Pada masa itu, Sriwijaya telah menguasai di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina.
Sriwijaya juga men-dominasi Selat Malaka dan Selat Sunda, yang menjadikan-nya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal.

Menyelusuri masa kehidupan NABI ADAM, berdasarkan Genetika, Arkeologi, Astronomi dan Geologi

Berdasar penyelusuran Genetika, diketahui Y-chromosomal Adam (Y-MRCA), diperkirakan Adam “Manusia Modern”, hidup di bumi pada sekitar 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu.
Fakta ilmiah ini didukung, atas penemuan fosil manusia modern, di Sungai Omo Ethiopia yang berusia sekitar 195.000 tahun. Serta hasil penyelusuran Mitochondrial Eve, yang diperoleh hasil telah ada di bumi pada sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Dalam ilmu geologi, masa 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu, di sebut sebagai Era Middle Pleistocene (126.000 sampai dengan 781.000 tahun yang lalu).
middle
Beberapa Bantahan
1. Penyelusuran Genetika, baik Y-chromosomal Adam (Y-MRCA), maupun Mitochondrial Eve, berdasarkan sampel manusia modern, yang hidup saat ini.
Sementara berdasarkan catatan sejarah, sangat banyak bangsa-bangsa yang pernah hidup di bumi, mengalami kepunahan.
Untuk salah satu contoh, saat terjadi Letusan Gunung Toba, manusia hampir diambang kepunahan.Dengan demikian, manusia yang ada sekarang, adalah keturunan dari segelintir manusia yang dahulu selamat dari bencana Letusan Gunung Toba.
Gunung Toba meletus diperkirakan terjadi pada 74.000 tahun yang lalu. Ada yang menduga letusan ini 20.000 kali lebih dahsyat dari Bom Atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki. Letusan Gunung Toba ini, menjadi letusan yang paling membunuh sepanjang masa, sehingga hanya menyisakan sekitar 30.000 orang yang selamat.
Hal ini memberi kita alasan, masa peradaban manusia, tentu akan jauh lebih lama, seandainya penyelusuran Genetika, juga memperhitungkan bangsa-bangsa yang telah punah.
2. Ditemukan benda-benda arkeologi, peninggalan umat manusia yang telah berumur jutaan tahun.
Peninggalan Arkeologi itu, antara lain :
- Jembatan Penyebrangan (Rama Bridge) yang dibikin pasukan kera, untuk Sri Rama, menyeberang ke Alengka, setelah di tes dengan kadar isotop sudah berumur 1.700.000 tahun.
- Penelitian oleh Richard Leicky, di tahun 1972, terhadap sedimen Pleistocene di daerah Old Govie Jourg (Kenya), yang memperoleh kesimpulan telah ada peradaban umat manusia pada sekitar 1,7 juta tahun yang lalu (Sumber : Para Penghuni Bumi, sebelum Kita, hal.17-18, tulisan Muhammad Isa Dawud).
sedimen
Perkiraan masa hidup Nabi Adam
Ada yang memperkirakan, masa kehidupan Nabi Adam telah berumur milyaran tahun. Namun pendapat ini, tentu harus diselaraskan dengan keadaan bumi, berdasarkan penelitian para ilmuwan.
1. Menurut Ilmu Astronomi, Bumi mulai terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Dan Bumi berdasarkan pendapat para ilmuan, baru layak ditinggali makhluk hidup “mamalia” pada sekitar 70 juta tahun yang lalu. Dimana pada masa itu, oksigen yang sangat dibutuhkan makhluk hidup, sudah sangat bersahabat.
2. Berdasarkan informasi dari Al Qur’an, dimasa Nabi Adam telah ada teknologi pertanian dan peternakan. Hal tersebut tergambar melalui korban, dari anak-anak Nabi Adam yang bersengketa, yaitu berupa hasil-hasil pertanian dan peternakan.
Dan salah satu bentuk korban yang dipersembahkan adalah hewan mamalia jenis Qibas (Kambing), jadi bukan binatang purba seperti “dinosaurus” atau lainnya.
Berdasarkan temuan Fosil di wilayah Nevshir, hewan Kambing telah ada di bumi pada sekitar 8 juta-10 juta tahun yang lalu (Sumber : Harun Yahya)
3. Adanya pertanian dan peternakan di masa Nabi Adam, menunjukkan pada masa itu, disekitar padang arafah, yang merupakan tempat tinggal pertama umat manusia, merupakan wilayah yang subur.
Berdasarkan pendapat Profesor Alfred Kroner (seorang ahli ilmu bumi (geologi) terkemuka dunia, dari Department Ilmu Bumi Institut Geosciences, Johannes Gutenburg University, Mainz, Germany), ia menyatakan dataran Arab pernah menjadi daerah yang subur, di masa belahan bumi lain, mengalami Era Salju (Snow Age).
qibas11
Dengan mengacu kepada dalil-dalil diatas, diperkirakan Nabi Adam hidup di bumi dengan rentang waktu antara 1,7 juta sampai 10 juta tahun yang lalu.
Nabi Adam hidup di sekitar Padang Arafah, yakni di masa Era Salju (Snow Age), yang berdasarkan Penelitian Geologi, terjadi pada sekitar 2,6 juta tahun yang lalu.
Apakah di masa 2,6 juta tahun yang lalu, adalah masa kehidupan Nabi Adam dan keluarganya ?
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan :
1. Masa kehidupan Nabi Adam mungkin bisa lebih lampau lagi. Hal ini terkait dengan ditemukannya “kawasan Al Gharbia” yang berada di Uni Emirat Arab, yang dipekirakan pada masa 8 juta tahun yang lalu, merupakan daerah yang subur.
2. Di temukannya jejak kaki, yang diduga jejak kaki manusia, yang telah berumur sekitar 3,6 juta tahun, di Laetoli, Tanzania.
Sumber :

Nabi Adam, dari JANNAH singgah di SUMATERA ?

Ketika Nabi Adam dan isterinya, melanggar aturan ALLAH, maka dikeluarkanlah keduanya dari Jannah. Ada banyak pendapat tentang dimana tempat Nabi Adam dan isterinya turun.
Seorang ilmuwan Belanda Van K. Razanhover berpendapat bahwa Adam diturunkan di sebuah daratan yang dikenal dengan nama YetchYetch merupakan sebuah daratan yang luas, yang kemudian tenggelam, dan menyisakan daratan yang kita kenal sekarang, sebagai negeri Belanda.
Menurut Razanhover, keturunan Adam pada awalnya adalah makhluk-makhluk raksasa, kemudian pada perkembangannya menjadi kerdil seperti sekarang ini. Dan kehidupan manusia menurutnya, sudah dimulai sejak jutaan tahun yang silam.
Pendapat Razanhover mengenai awal kehidupan umat manusia, nampaknya sejalan dengan pendapat Dr. Musthafa Mahmud, di dalam bukunya ”Bacaan Masa Depan”, beliau berpendapat bahwa ”Umur manusia di muka bumi lebih dari satu juta tahun,barangkali sepuluh juta tahun”.
Sementara itu, seorang penulis Irlandia, Lars F. Hoglund, berpendapat bahwa tempat turunnya Adam tidak lain adalah di wilayah Skandinavia (Finlandia, Island, Swedia, Denmark dan Norwegia). (sumber : Buku ”Para Penghuni Bumi Sebelum Kita”, karangan Muhammad Isa Dawud).
Berdasarkan riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterimanya dari Abdullah bin Umar, menyatakan bahwa Adam turun ke dunia di Bukit Shafa, sedangkan Hawa turun di Bukit Marwah. Akan tetapi, riwayat dari Ibnu Abi Hatim ini terdapat versi lain, yang menyatakan bahwa tempat turunnya Nabi Adam di Bumi, berada di antara negeri Makkah dengan Thaif.
Di sisi lain, menurut riwayat Ibnu Asakir yang diperoleh dari Ibnu Abbas, menyatakan bahwa Nabi Adam turun di Hindustan dan Hawa turun di Jeddah. Dimana makna Jeddah berasal dari kata Jiddah, yang berarti nenek perempuan.
Syaikh Yusuf Tajul Khalwati berpendapat, Nabi Adam turun di Pulau Serendib. Beliau ketika itu menduga, Pulau Serendib adalah Pulau Ceylon (Sri Langka). (sumber : Tafsir Al Azhar, Juzu’ I, tulisan Buya HAMKA)
Tetapi berdasar penelitian, kata Serendib adalah bahasa Sanskerta yang ditulis dalam bahasa Arab, aslinya berasal dari kata Swarna Dwipa atau Sumatera, yang merupakan sebagian dari kawasan Keping Sunda (Sunda Plat).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Bahan Bacaan :
Catatan :
Meskipun ada kemungkinan Nabi Adam turun di Pulau Sumatera, namun awal perkampungan umat manusia bermula dari dataran Bakkah. Di dataran inilah, Nabi Adam dan Isterinya mulai membangun peradaban umat manusia.
Bakkah adalah nama kuno untuk daerah Makkah dan sekitarnya. Disanalah mula-mula tempat peribadatan didirikan (QS.3:96), dan Bakkah (Makkah) disebut juga Ummul Qura atau Ibu Negeri (QS.42:7).
Di sekitar Bakkah (Makkah), yakni Arafah, dinamai ‘tempat membanjirnya manusia (tempat bertolaknya orang-orang banyak)‘, dikarenakan berasal dari tempat inilah, manusia kemudian ‘membanjiri‘ pelosok bumi.
Sebagaimana firman-Nya…
”… afiidhuu min haitsu afaadha n-naas…”
yang bermakna
”… membanjirlah kamu dari tempat membanjirnya manusia…” (QS. Al Baqarah (2) ayat 199)

Misteri Leluhur Bangsa Jawa


Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.
Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.
Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.

Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim
Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.
Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).
Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.
Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.
Brahma adalah Nabi Ibrahim
Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.
Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).
Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).
Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.
Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”
Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.
Sumber :
http://rkhblog.wordpress.com/2007/09/10/hindu-dan-islam-ternyata-sama/
Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.
4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :
Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)
Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.
Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim
Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.
Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.
Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.
Sumber :
Forum Kaskus
Artikel Terkait
01. Sejarah Melayu, Teori Sundaland dan Naskah Wangsakerta
02. (Connection) Majapahit, Pallawa dan Nabi Ibrahim ?
03. Teori Iwak Belido dan Sejarah tenggelam-nya Sundaland


Teori Darwin, Nabi Adam dan Piramid Giza

Teori Darwin memang menyesatkan, bagaimana mungkin, Homo Erectus yang selama 1.000.000 tahun (1,5 juta SM – 500.000SM), tidak mengalami perubahan yang berarti. Akan Tetapi hanya dalam tempo 200.000 tahun, mengalami perubahan yang drastis, menjadi Manusia/Homo Sapiens (500.000SM – 300.000SM)?.
Perlu dipahami bahwa, Homo Erectus adalah mamalia yang telah punah 500.000 tahun yang lalu. Jenis ini memiliki kemampuan berbudaya yang sangat terbatas, selama 1.000.000 tahun.
Adam dan Bakkah
Adam dan Hawa, yang diyakini sebagai leluhur umat manusia, kemunculannya telah ada sebelum 200.000 tahun yang lalu. Komunitas manusia pertama, bermula di Bakkah (QS.3:96), dimana mula-mula tempat peribadatan didirikan.
Bakkah (Mekah), yang disebut juga sebagai Ummul Qura/Ibu Negeri (QS.42:7), sesungguhnya adalah kampung halaman, bagi seluruh umat manusia sedunia.
Teori Out Of Africa, menyatakan bahwa Homo Sapiens berasal dan berevolusi di Afrika. Teori ini didukung oleh penemuan Homo Sapiens tertua, yang berusia 195.000 tahun, di dekat Sungai Omo, Ethiopia (Afrika Timur). Teori Out Of Africa, tidak sepenuhnya benar, karena manusia-manusia di Afrika, sesungguhnya berasal dari Bakkah, yang lokasinya tidak seberapa jauh dari Ethiopia (Afrika Timur).

Nabi Adam Muncul Sesudah 6.000 SM?
Adanya pendapat yang menyatakan, kemunculan Nabi Adam pada sekitar tahun 4.004SM (pendapat Uskup Irlandia, James Ussher, yang didasarkan kepada keterangan dari Bible) dan 5.411SM (pendapat seorang Ahli Sejarah Yahudi, Josephus), jelas sangat bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah.
Berdasarkan fakta sejarah, di India pada 6.000SM – 7.000SM, sudah ada Peradaban Lembah Sungai Indus. Di Iran pada 7.000SM, manusia telah mengenal almunium. Di Cina pada 7.000SM, manusia sudah mengenal bercocok tanam. Dan di Indonesia, tahun 6.000SM, Barus telah didiami manusia.
Nabi Adam Manusia Berbudaya
Nabi Adam adalah Manusia Super Genius. Karena beliau berhasil mempresentasikan keadaan Alam Semesta dihadapan ALLAH. Kecerdasannya telah membuat para malaikat terkagum-kagum, dan sujud. memuji kebesaranNYA (QS.2:30-34).
Nabi Adam dan masyarakat di Bakkah adalah manusia yang berbudaya, mereka telah mengenal pakaian dan berkomunikasi dengan bahasa yang santun. Hal ini sangat jauh dari gambaran, bahwa Nabi Adam adalah manusia primitif, yang berpakaian sekedarnya dan hanya mengenal kapak batu, sebagai alat bantu.
Penjelasan Tentang Keberadaan Ras ‘Raksasa’
Biologist Dr. Shomi Lesser dari Hebrew University mengkalkulasikan. Apabila manusia berasal dari satu leluhur, maka leluhur manusia itu tingginya mesti 90 kaki, karena manusia mengalami penyusutan badan atau genetic bottleneck.
Kalkulasi Dr. Shlomi, bersesuaian dengan isyarat dari Rasulullah 1.400 tahun yang silam, “Nabi Adam memiliki tinggi 60 Hasta” (Hadits Bukhari Vol.IV No.543).
Dimana 60 Hasta = 90 Kaki = 30 Meter.
Penyusutan badan manusia atau genetic bottleneck, kemungkinan telah terjadi pada generasi awal Bani Adam. Dimana ada yang menurunkan ras normal, seperti manusia saat ini, tetapi ada juga yang menurunkan ras ‘raksasa’. Penyusutan badan selain dipengaruhi faktor waktu dan turunan, juga dipengaruhi faktor iklim dan makanan.
Hasil karya manusia-manusia, yang memiliki fisik dan bertubuh ‘raksasa’, bisa dilihat pada Piramid Giza di Mesir (yang tersusun dari 2.3 juta batu, dengan berat setiap batu 2.5 ton) dan Kastil Sacsahuaman di Mexico (yang tersusun dari bebatuan, dengan berat antara 100 ton sampai 360 ton). Perlu dipahami, Piramid Giza dibangun, jauh sebelum munculnya Peradaban Sumeria (sekitar 4.000SM) dan bencana masa Nabi Nuh (sekitar 13.000 tahun lalu atau 11.000SM). Para Fir’aun Mesir Kuno, hanya menemukan Piramid Purba dan menjadikannya sebagai Pemakaman.
Temuan Arkeologi manusia ‘raksasa’ ini, juga telah berhasil ditemukan di Suriah, Arab Saudi, Texas USA, Thailand dan di beberapa tempat lainnya. Namun untuk menanggapi temuan tersebut, perlu kehati-hatian, karena sebagian ada yang direkayasa, untuk kepentingan pribadi.
Artikel Terkait
01. Berdasarkan Genetika, Semua Manusia Berpotensi Menjadi Jenius
02. Kota Makkah dan Penemuan Geologi
03. MISTERI ARKEOLOGIS, di tengah PUING reruntuhan TEORI EVOLUSI

Misteri Piramid Giza, Teori Alien dan Banjir Nabi Nuh

Pada saat Great Pyramid di Giza Mesir dibangun, jika berdasarkan keadaan Piramid serta tenaga kerja yang mendirikannya, Para Arkeolog memperkirakan Penduduk Mesir ketika itu mencapai 50 juta orang
Diperkirakan PIRAMID tersebut dibangun pada sekitar tahun 3.000 sebelum masehi, dimana penduduk dunia baru sekitar 20 juta orang
Jika seluruh penduduk dunia pada masa itu, dikumpulkan di Mesir… ternyata masih ada 30 juta orang misterius
Siapakah 30 juta orang Misterius itu ????
Setidaknya ada 2 teori….
1. Ke-30 juta orang itu, ALIEN dari Planet lain
UFO (Pesawat ALIEN) dan Mesir Kuno
Laporan paling tua mengenai pesawat dari luar angkasa yang mendarat dibumi ini berasal dariabad ke-15 sebelum Masehi, yaitu pada sebuah tulisan Mesir kuno (papirus) yang merupakan bagian dari buku harian Raja Thutmosis III (1504-1450 SM) yang merupakan raja Mesir terbesar dimasa lalu dengan daerah kekuasaannya sampai kesungai Euphrat dan Sudan.
Laporan itu terjadi pada salah satu ekspedisi penaklukkan yang dipimpinnya langsung, dimana dalam perjalanannya Thutmosis III melihat adanya sebuah lingkaran api muncul diangkasa dengan panjang sekitar 1 rod atau ± 5 meter tanpa mengeluarkan suara dan perlahan bertambah tinggi naik keangkasa menuju keselatan dan menghilang dikegelapan malam…
Ada hal menarik, jika ketinggian Piramid di Giza, di-kalikan 1 milyar, akan diperoleh angka 148.208.000 km, yang mendekati jarak antara Bumi dan Surya : 149.450.000 km.
Di Mesir ada sebuah pulau, yang bernama Elefantine atau Gajah. Pulau ini sudah sejak dulu bernama Pulau Gajah, sebagaimana tertulis di dalam Naskah-Naskah Kuno. Di masa sekarang, jika pulau itu di lihat dari angkasa, dengan pesawat terbang (karena disana tidak terdapat bukit yang tinggi), memang berbentuk seperti Gajah. Darimana Orang Mesir Kuno, memberi nama “Gajah”, untuk pulau itu ?
Sumber :
Antara Superman, Aliens dan Al-Qur’an
Misteri Piramid Giza, Teori Alien dan Banjir Nabi Nuh (Kompasiana)
Bukti Arkeologis, Keberadaan Penghuni Langit di Bumi ?
2. Piramid dibangun, jauh lebih awal dari yang diperkirakan
Diperkirakan ribuan tahun yang silam, Mesir pernah dihuni satu bangsa yang memiliki teknologi tinggiMasyarakat ini kemudian musnah, ketika terjadinya bencana banjir global di bumi (Bencana Nuh).
Melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx, jika dibandingkan dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya, sama sekali berbeda,Sphinx diperkirakan dibangun di masa yang lebih purba.
Dalam bukunya “Ular Angkasa“, John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesirmungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam “Ilmu Pengetahuan Kudus” menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, hal ini bisa terlihat, pada bagian badan Sphinx yang jelas sekali ada bekas erosi. Diperkirakan akibat dari banjir dahsyat di tahun 11.000 SM.
Piramid Khufu di Giza, merupakan bangunan batu yang di dalamnya terdapat ruangan seluas 4.072 meter persegi. Balok-balok batunya sebanyak 2,3 juta batang, dengan berat antara 2.5 ton sampai 50 ton, tersusun dengan ketinggian mencapai 481 kaki.
Untuk membawa batu-batu Piramid tersebut, menuju ke kawasan padang pasir, jika menggunakan teknologi dari tahun 3.000 sebelum masehi, yaitu dengan cara meletaknya pada batang-batang pohon yang dijajar kemudian digelindingkan. Tentu akan menggunakan ratusan ribu batang kayu, yang jadi pertanyaan darimana Fir’aun Mesir memperoleh batang kayu sebanyak itu ?
Belum lagi, bagaimana jutaan batu-batu itu bisa diangkat ke atas, serta teknik pemotongan batu yang sedemikian canggih, sehingga sudutnya disebelah Tenggara tegak, hanya setengah inci lebih tinggi dari sudutnya di sebelah Barat Laut. Rasanya sangat mustahil, jika dikerjakan dengan menggunakan teknologi dari tahun 3.000 sebelum masehi.Allah SWT menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan Petunjuk-Nya, sehingga manusia tidak perlu repot-repot mencari atau menyusun Hukum dalam menjalani hidupnya, bahkan tinggal meneliti dan mempelajari Petunjuk Allah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Hukum Allah itu menerangkan hal-hal yang berlaku sampai nanti kehidupan di Akhirat.
Dalam era globalisasi dan informasi sudah saatnya bagi umat Islam untuk berpikir kritis dan dinamis demi kemajuan Islam. Hal yang perlu dipahami bahwa sesungguhnya Al Qur'an bukan hanya menerangkan ibadah saja, tetapi lebih jauh dia juga menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu tingkat tinggi yang justru lebih lengkap dan sempurna. Akan tetapi selama ini yang dipelajari para ilmuwan Muslim baru sebatas hal yang berkaitan dengan ibadah, dikiranya Al Qur'an tidak mampu menerangkan hal-hal berkaitan dengan segala yang ada di semesta. Padahal kalau Al Qur'an dipahami dengan sungguh-sungguh maka akan muncul Sarjana-sarjana Al Qur'an dari berbagai disiplin ilmu yang berkualitas tinggi dan handal. Dengan begitu Ilmu Pengetahuan akan maju pesat sejalan dengan tingkat kemampuan dalam pemahaman Al Qur'an oleh para pemeluk Islam atau para Ilmuwan itu sendiri.

Misalnya tentang adanya masyarakat manusia di Planet lain di luar Bumi ini, orang-orang barat begitu serius mengadakan penelitian dengan biaya yang sangat mahal dan mereka yakin bahwa diluar Bumi ini pasti ada kehidupan atau ada makhluk hidup. Padahal sebenarnya jauh-jauh sebelumnya Al Qur'an telah memberikan informasi yang menunjukkan bahwa di Planet selain Bumi ini juga telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya di Bumi ini. Sementara para ilmuwan muslim hanya bertindak selaku penonton dan menunggu hasil penelitian orang Barat.

Sebenarnya sejak 15 abad yang lalu Al Qur'an telah menerangkan berbagai persoalan yang ada di jagad raya ini, cuma masalahnya sistem pendidikan yang selama ini diajarkan hanyalah berupa hafalan-hafalan sehingga pada umumnya anak didik kita banyak yang tidak bisa memahami tentang sesuatu. Seringkali orang dipaksa untuk percaya begitu saja secara taklid buta walaupun kadang-kadang keterangan yang disampaikan tidak sejalan dengan pemikiran secara wajar. Ironisnya para Sarjana kitapun masih banyak yang kurang kritis dan teliti, bahkan mereka juga mengikuti pemahaman ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu, sehingga posisi kita sering selalu ketinggalan, terutama dalam hal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama masyarakat Islam sendiri karena kurangnya informasi tentang Al Qur'an, tetapi anehnya kalau diberi tahu tentang Al Qur'an juga belum tentu mau menerima atau paling tidak merupakan bahan kajian, tetapi itulah faktanya. Sementara bagi orang-orang yang memang benar-benar beriman kepada penjelasan Allah yang disampaikan oleh Nabi tentu menanyakan kepada Nabi. Akan tetapi karena sekarang Nabi sudah tiada, maka kita harus menanyakan kepada yang mengutus Nabi yaitu Allah dimana Allah telah menjelaskan semua itu melalui Wahyu dalam Al Qur'an.

Lalu, benarkah ada kehidupan manusia di planet lain?
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

1. Pengertian tentang Dunia.
Selama ini orang menganggap seolah-olah yang dimaksud dunia ini hanyalah “BUMI” ini saja, padahal dunia itu begitu luasnya, sedangkan Bumi ini hanyalah merupakan debu yang sangat kecil jika dibandingkan dengan dunia. Dunia adalah semesta raya ini dan bukannya hanya Bumi saja, karena itu kalau kita sering mendengar bahwa dunia ini nantinya akan dihancurkan pada hari kehancuran total dengan istilah “Yaumus Sa’ah”, maka yang dihancurkan bukan hanya Bumi ini, tetapi seluruh jagad raya yang ada di semesta ini. Semesta raya ini terdiri dari milyaran Bintang, setiap Bintang di angkasa merupakan satu solar sistem (Tata Surya). Oleh karena itu hendaklah kita merubah cara berpikir dalam memahami suatu persoalan sehingga pengertian itu bisa diterima oleh pikiran secara wajar dan sejalan dengan ilmu pengetahuan.

2. Pengertian tentang Sama'/Samawat
Memang benar bahwa berdasarkan arti bahasa bahwa Samawat adalah bentuk jamak dari Sama’ yang pada umumnya diartikan “langit” atau “angkasa”. Namun sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka sama’ belum tentu selalu berarti langit. Sedangkan yang dimaksud langit adalah awang-awang kosong begitu luasnya. Tiap-tiap planet memiliki langit, sedangkan planet-planet itu tak terhitung jumlahnya di semesta raya ini. Di dalam wilayah Tata Surya kita saja ada 10 planet dan baru 9 yang diketemukan dan masingmasingnya memiliki langit.

3. Pengertian tentang Dabbah
Kalau diperhatikan dengan teliti bahwa sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata, tetapi termasuk di dalamnya binatang yang berkaki bahkan termasuk juga manusia.
Untuk mendapatkan pengertian dabbah yang sebenarnya, perlu dih
ubungkan beberapa ayat dalam Al Qur'an yang mengandung dabbah, maka dia akan saling menerangkan tentang pengertian dabbah itu sendiri secara jelas. Kalau pemahaman tentang sesuatu hanya dengan satu ayat terpisah, maka pengertiannya tidak bisa utuh, karena jarang Al Qur'an menerangkan sesuatu hanya dengan satu ayat yang berdiri sendiri, tetapi harus dihubungkan dengan ayat lain yang berhubungan.

Memang ada juga ayat yang sudah jelas tanpa penjelasan misalnya ayat-ayat muhkamat, namun biasanya hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau ayat mutasabihat harus merangkaikan beberapa ayat yang saling menerangkan. Sebagai bahan kajian tentang dabbah maka perhatikan petunjuk Allah berikut:

Surat As-Syuuro (42) ayat 29 oleh Departemen Agama Pelita III/81-82: 




Dalam Ayat tersebut yang diterjemahkan makhluk-makhluk yang melata adalah Ayat aslinya berbunyi dabbah. Sementara yang lainnya diartikan binatang melata.

Perhatikan Terjemahan pada Ayat yang sama yaitu:
Proff. H. Mahmud Yunus, penerbit PT. Al MaArif Bandung:
Diantara ayat-ayat (tanda-tanda) Allah, ialah kejadian langit dan Bumi dan apa-apa yang bertebaran pada keduanya diantara binatang-binatang (apa-apa yang melata di muka Bumi). DIA maha kuasa menghimpunkan mereka bila dikehendaki-Nya.

Jadi istilah dabbah diartikan binatang melata. Tapi perlu diketahui bahwa kalau binatang melata bisa hidup di Samawat itu, maka manusiapun seharusnya juga bisa hidup.
Berdasarkan pengkajian sebaiknya Ayat tersebut berarti:
Dan dari Ayat-ayatNya ialah penciptaan Samawat (planet-planet) dan Bumi, serta yang DIA kembang biakkan pada keduanya (Samawat dan Bumi) dari dabbah (makhluk berjiwa) dan DIA atas pengumpulan ketika DIA kehendaki adalah menentukan.

Kalau orang mau memperhatikan dengan teliti, maka sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata saja, tetapi termasuk binatang lain yang tidak melata yaitu yang berkaki termasuk di dalamnya adalah manusia. Oleh karena itu yang ditebarkan atau dikembangkanbiakkan di Samawat (planet-planet) dan di Bumi ini terdiri makhluk yang berjiwa termasuk di dalamnya manusia itu sendiri. Dengan demikian maka jelas bahwa di planet-planet itu pun telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya yang ada di Bumi ini. Berikut ini Ayat yang menjelaskan tentang pengertian dabbah.


Surat An-Nuur (24) ayat 45. Artinya :
 


Surat Al-Anfal (8) ayat 22 :
Surat Al-Anfal (8) ayat 55 : 



Kalau kita perhatikan surat An-Nuur (24) ayat 45, cukup jelas dan tegas bahwa diantara dabbah itu ada yang berjalan atas perutnya (ular, buaya, cecak, kadal dan lain-lain), dan diantara dabbah itu juga ada yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, MANUSIA dan lain-lain) dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain).

Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dabbah bukanlah hanya binatang melata, tetapi termasuk manusia dan binatang berkaki lainnya.

Pada Surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55, menyatakan bahwa sejahat-jahat dabbah menurut pandangan Allah adalah orang-orang pekak, kafir, tidak berpikir dan tidak beriman. Jelas yang dimaksud disini adalah manusia, bukan binatang melata, karena memang semua binatang melata tidak bisa berpikir apalagi beriman. Inilah yang dimaksud dengan pemahaman tentang suatu istilah dalam ayat Al Qur'an. Kalau dalam memahami istilah dalam ayat kurang tepat apalagi kalau salah, maka arti dan kedengarannya pun janggal, tidak ratio, tidak bisa dimengerti oleh semua orang, akibatnya sasaran yang dimaksudkan pun tidak tepat.

Jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dabbah adalah makhluk berjiwa (makhluk bernyawa) termasuk MANUSIA. Dengan begitu didapatkan kunci dan petunjuk yang diperoleh dari pengertian beberapa ayat yang saling menjelaskan bahwa di planet lain selain Bumi ini juga
bermasyarakat manusia dan juga berkembang biak berbagai binatang termasuk juga binatang melata......
Sumber :
Patung Sphinx, Bukti Arkeologis Bencana Nuh 13.000 tahun yang silam
Misteri HURUF HIEROGLYPH, mengungkap Kisah NABI IDRIS, dalam Peradaban MESIR PURBA?


Legenda AJISAKA, mengungkap zuriat NABI ISHAQ di NUSANTARA

Dalam prasasti Kui (840M) disebutkan bahwa di Jawa terdapat banyak pedagang asing dari mancanagara untuk berdagang misal Cempa (Champa), Kmir (Khmer-Kamboja), Reman (Mon), Gola (Bengali), Haryya (Arya) dan Keling.
Untuk kebutuhan administrasi, terdapat para pejabat lokal yang mengurusi para pedagang asing tersebut, misal Juru China yang mengurusi para pedagang dari China dan Juru Barata yang mengurusi para pedagang dari India. Mereka seperti Konsul yang bertanggung jawab atas kaum pedagang asing.
Di dalam catatan sejarah, kita mengenal gelar “Sang Haji (Sangaji)” merupakan gelar dibawah “Sang Ratu”, seperti contoh Haji Sunda pada Suryawarman (536M) dari Taruma, Haji Dharmasetu pada Maharaja Dharanindra (782M) dari Medang. Haji Patapan pada Maharaja Samaratunggadewa (824M) dari Medang. Sumber : History of Java Nusantara

Legenda Ajisaka
Dalam legenda tanah Jawa, kita mengenal nama tokoh Ajisaka. Ajisaka sangat mungkin, berasal dari kata Haji Saka, bermakna Perwakilan Negara (Duta) atau Konsul yang bertanggung jawab atas para pedagang asing, yang berasal dari negeri Saka (Sakas).
Lalu dimanakah Negeri Sakas itu?
Di dalam sejarah India, dikenal negara Sakas atau Western Satrap (Sumber : Western Satrap, Wikipedia). Pada tahun 78M Western Satrap (Sakas) mengalahkan Wikramaditya dari Dinasti Wikrama India. Kemenangan pada tahun 78M dijadikan sebagai tahun dasar dari penanggalan (kalender) Saka. Wilayah Western Satrap mencakup Rajastan, Madya Pradesh, Gujarat, dan Maharashtra.
Para raja dari Western Satrap biasanya memakai dua bahasa yaitu Sankrit (Sansekerta) dan Prakit serta dua aksara yaitu Brahmi dan Yunani dalam proses pembuatan prasasti dan mata uang logam kerajaan. Sejak pemerintahan Rudrasimha (160M-197M), pembuatan mata uang logam kerajaan selalu mencantumkan tahun pembuatannya berdasarkan pada Kalender Saka.
Keberadaan Sakas dengan Kalender Saka-nya, nampaknya bersesuaian dengan Legenda Jawa, yang menceritakan Ajisaka (Haji Saka), sebagai pelopor Penanggalan Saka di pulau Jawa.

Dewawarman I, bukan Ajisaka

Di dalam Naskah Wangsakerta, kita mengenal seorang pedagang dari tanah India, yang bernama Dewawarman I. Beliau dikenal sebagai pendiri Kerajaan Salakanagara. Ada sejarawan berpendapat, bahwa Dewawarman I adalah indentik dengan Haji Saka (Ajisaka). Akan tetapi apabila kita selusuri lebih mendalam, sepertinya keduanya adalah dua orang yang berbeda.
Ajisaka (Haji Saka), tidak dikenal sebagai pendiri sebuah Kerajaan, melainkan dikenal membawa pengetahuan penanggalan, bagi penduduk Jawa. Sebaliknya Dewawarman I adalah pendiri Kerajaan Salakanagara, dan tidak ada riwayat yang menceritakan, bahwa beliau pelopor Kalender Saka.
Dewawarman I di-indentifikasikan berasal dari Dinasti Pallawa (Pahlavas), beliau berkebangsaan Indo-Parthian, yang berkemungkinan salah satu leluhurnya adalah Arsaces I (King) of PARTHIA. Dan jika diselusuri silsilahnya akan terus menyambung kepada Artaxerxes II of Persia bin Darius II of Persia bin Artaxerxes I of Persia bin Xerxes I “The Great” of Persia bin Atossa of Persia binti Cyrus II “The Great” of Persia (Zulqarnain). Sumber : The PEDIGREE of Arsaces I (King) of PARTHIA dan Menemukan Zul-Qarnain, dalam Sejarah
Sementara Ajisaka (Haji Saka), di-identifikasikan berasal dari Sakas (Western Satrap), beliau berkebangsaan Indo-Scythian, dimana susur galurnya besar kemungkinan, menyambung kepada keluarga kerajaan di India Utara (King Moga/Maues). Sumber : Indo-Scythians  dan Maues, Wikipedia
Namun ternyata, kedua Leluhur masyarakat Sunda dan Jawa ini, memiliki satu persamaan, yakni : Dewawarman I (Indo-Parthian) dan Ajisaka (Indo-Scythian), sesungguhnya merupakan Zuriat (Keturunan) dari Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim (Bani Ishaq), yaitu melalui dua anaknya Nabi Yakub (Jacob) dan Al Aish (Esau). Sumber : THE TWO HOUSES OF ISRAEL, Who were the Saxons/Saka/Sacae/Scythians? Sons of IsaacKomunitas Muslim, dari Bani Israil dan (Connection) Majapahit, Pallawa dan Nabi Ibrahim ?
WaLlahu a’lamu bishshawab
Artikel Lainnya…01. Misteri Leluhur Bangsa Jawa02. Sejarah Melayu, Teori Sundaland dan Naskah Wangsakerta03. Jejak Nabi Nuh, dalam Gen Leluhur Nusantara (Haplogroup O1aM119


Satrio Piningit adalah Konsep, bukan Ramalan

Berdasarkan fakta sejarah, Prabu Jayabaya adalah murid dari seorang ulama Islam yang bernama Maulana Ali Samsu Zein. Jadi sangat mustahil, seorang Jayabaya menjadi peramal masa depan, yang merupakan perbuatan terlarang di dalam ajaran Islam.
Apa yang diungkapkan, Jayabaya ratusan tahun yang silam, menurut pemahaman kami lebih berupa konsep kepemimpinan, daripada sebuah prediksi ramalan.

Konsep Pemimpinan Jayabaya dan bait-bait tutur Sunda, yang kemudian disempurnakan oleh Ranggowarsito, adalah bentuk kepemimpinan yang paling ideal, untuk masyarakat Nusantara.
Menurut Konsep ini, seorang Pemimpin Nusantara yang Ideal adalah seorang Satrio Piningit, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Raja berhati putih, keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekkah dan Tanah Jawa.
Konsep ini memberi gambaran, seorang pemimpin yang ideal adalah seorang yang berbudi luhur. Ia berasal dari keluarga Muslim, yang merupakan mayoritas masyarakat Nusantara dan memiliki ikatan kekeluargaan dengan masyarakat di tanah jawa.
Di dalam dirinya, selalu berpegang teguh kepada Syariat Islam, akan tetapi di sisi lain, menghormati budaya leluhur bangsa.
2. Tahta purba memunculkan wajahnya. Bergelar pangeran perang, bersenjata Trisula Weda, yaitu benar, lurus dan jujur.
Pemimpin Nusantara yang ideal, sebaiknya memiliki hubungan genealogy dengan Penguasa-Penguasa masa lalu, seperti Raja-Raja Sriwijaya (Melayu), Majapahit (Jawa), Pajajaran (Sunda) dan kerajaan-kerajaan Kuno Nusantara lainnya.
Namun keutamaan Silsilah bukan-lah hal utama. Seorang Pemimpin yang ideal, harus berani dalam menegakkan keadilan. Bertindak yang benar, bertingkah-laku yang lurus serta menjunjung tinggi kejujuran.
3. Kelihatan berpakaian kurang pantas, menjadi raja bagaikan Ulama (Pendeta) adil menjauhi harta.
Pemimpin yang ideal, seorang yang hidup bersahaja dan sederhana. Bersikap adil terhadap sesama, tanpa melihat status sosial seseorang.
Menghormati perbedaan agama dan keyakinan, tidak memaksakan kehendak, selalu bertindak berdasarkan ketentuan hukum dan perundang-undangan.
4.Berkasih sayang, sering menangis, merasakan banyak kekurangan, walaupun terbukti membuat sentosa.
Pemimpin ideal bukan mencari ketenaran atau jabatan. Kekuasaan baginya adalah amanah. Tidak merasa paling berjasa dan rendah hati.
Ia adalah orang yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, daripada mementingkan kebutuhan diri pribadi dan keluarganya.

Di dalam sejarah Nusantara, kita mengenal beberapa Pemimpin yang memiliki karakter yang mendekati, konsep kepemimpinan ideal seperti di atas. di antaranya :
1. Raden Fatah, pemimpin pertama Kesultanan Demak
2. Sunan Giri, pendiri Khilafah Giri Kedaton
3. Sunan Gunung Jati, pendiri Kesultanan Cirebon
4. Pangeran Diponegoro, seorang ulama pemimpin perlawanan masyarakat Jawa, terhadap kaum penjajah.
5. HOS Cokroaminoto, pendiri Syarikat Islam
6. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
7. KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdatul Ulama (NU)
Sejarah mencatat, ke-7 orang di atas, selama memimpin rakyat (pengikutnya), menjadi tokoh-tokoh yang sangat dihormati dan disegani.
Dan hal ini menjadi bukti, bahwa apa yang disampaikan Jayabaya, bait-bait tutur Sunda dan Ronggowarsito, bukan sekedar konsep di atas kertas. Akan tetapi, bisa diterapkan dalam kehidupan nyata, dan hasilnya memberi bukti, bahwa konsep tersebut, merupakan bentuk dari kepemimpinan ideal bagi masyarakat di Nusantara.

Ratu Adil, menunggu kita siap…

Siapakah gerangan Ratu Adil itu?!
Tidak sedikit yang meyakini, bahwa kelak akan muncul seorang imam atau pemimpin, yang akan mengembalikan kejayaan Islam, di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Dari keyakinan tersebut melahirkan berbagai dugaan serta prediksi siapa-siapa yang akan menduduki posisi sebagai pemimpin tersebut.
Dari kalangan Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah beranggapan, imam yang dimaksud adalah Al Mahdi Al Muntazhar. Sosok yang telah mengalami ghaibah kubra (kegaiban besar) di tahun 329 H.
Sementara itu dari kalangan Ahmadiyah beranggapan imam tersebut tidak lain adalah pemimpin mereka Mirza Ghulam Ahmad. Selain itu, banyak sosok lain yang dianggap akan menduduki posisi tersebut.
Di Indonesia, kepercayaan tersebut memunculkan adanya Mahdi-isme yang dikenal dengan istilah ‘Ratu Adil’. Beberapa peristiwa yang berkaitan dengan hal ini adalah sebagai berikut.
Pada tahun 1924 M, saat muncul gerakan Ratu Adil yang dipimpin Ranajemika.
Pada tahun 1935 M muncul lagi di Wanagiri dipimpin oleh Kyai Wirasanjaya.
Pada awal abad ke-21 ini, gerakan ini muncul lagi melalui Jama’ah Salamullah, yang dipimpin oleh Lia Aminuddin.
Keberadaan Mahdi-isme ini, oleh mereka yang percaya dilandasi pada beberapa isyarat yang disampaikan Rasulullah. Isyarat tersebut mengabarkan akan munculnya seorang pemimpin yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kebenaran.
Namun sayangnya, sering kali dalil-dalil yang dikemukakan, ditafsirkan sedemikian rupa sehingga memunculkan sosok-sosok secara personal. Masing-masing kelompok berusaha memberikan penafsiran ‘Sang Pemimpin’ itu adalah seseorang dari kalangan kelompok mereka. Dengan banyaknya kelompok yang berkembang di lingkungan masyarakat, jadi makin simpang siurlah makna ‘Sang Pemimpin’ itu.
Demikian simpang siurnya berita dan penokohan sosok-sosok secara personal, sampai-sampai Ibnu Khaldun angkat bicara. Beliau berpendapat bahwa haditshadits-hadits berkenaan dengan Imam Mahdi, semuanya tidak dapat dijadikan pegangan.
Hendaknya dalam mencari seorang Ratu Adil, kita menteladani penyelenggaraan sholat berjama’ah di suatu masjid. Di saat orang-orang berdatangan menuju ke masjid, mereka tidak memikirkan siapa yang bakal menjadi imam atau pemimpin sholat. Begitu waktu sholat tiba, dengan sendirinya dari jama’ah yang hadir, pasti akan muncul seorang imam yang akan memimpin sholat.
Ini berlaku pula dalam hal kepemimpinan umat secara lebih luas. Yang terpenting bukan persoalan imamnya. Imam bisa muncul dengan analogi seperti di atas. Untuk itu, ‘mau atau tidak’ umat Islam untuk berjamaah dalam satu kepemimpinan, untuk secara bersama-sama menuju cita-cita yang didamba, mewujudkan kejayaan umat Islam di seluruh dunia.
Gambaran ini telah ada di dalam QS. At Taubah ayat 33,
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”
Di saat umat Islam telah bersepakat untuk menyatukan potensi, dengan selalu berpedoman kepada Kitabullah Al Qur’an dan Sunah Rasulullah di dalam setiap langkahnya, ‘Sang Imam’ dalam kepemimpinan ‘Ratu Adil’, tanpa harus dicari dan ditunggu, akan muncul dengan sendirinya.
Artikel Terkait
01.
Sejarah Melayu, Teori Sundaland dan Naskah Wangsakerta
02. Misteri Leluhur Bangsa Jawa
03. Dinasti Giri Kedaton dan Silsilah Presiden Indonesia : Sukarno, Suharto, BJ.Habibie, Gusdur, Megawati serta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)